Senin, 24 September 2012

5 Tips Utama Untuk Menjadi Pakar Cinta


pakar-cinta
1. Banyakkan membaca
Anda perlu banyak membaca. Baca sebanyak mungkin buku, artikel atau ebook berkenaan perhubungan dan percintaan. Dapatkan segala ilmu-ilmu yang perlu anda tahu dalam bab bercinta ini.
2. Mendengar masalah
Daripada masalah orang, anda akan belajar masalah-masalah yang sering dihadapi orang lain. Daripada situ anda akan dapat memahami corak masalah yang berlaku dalam percintaan dan anda akan dapat selesaikannya daripada ilmu yang anda peroleh dari hasil pembacaan anda tadi.
3. Pelajari daripada orang lain
Anda juga boleh ikuti seminar-seminar dalam membentuk perhubungan atau percintaan yang sering diadakan di sekeliling anda. Atau pun anda boleh belajar daripada pengalaman rakan-rakan anda dalam menyelesaikan masalah mereka dalam percintaan. Forum Tentang Cinta merupakan platform mudah untuk anda pelajari daripada orang lain.

4. Fahami pasangan anda
Fahami sikap dan perbezaan pasangan anda. Pasangan anda merupakan pelengkap hidup anda. Dengan memahami perbezaan sifat lelaki dan perempuan, anda akan lebih mudah untuk tackle sebarang masalah dalam perhubungan. Bukan itu saja, mereka juga akan nampak anda seorang yang sangat memahami.
5. Pengalaman
Memang tidak dapat dinafikan lagi. Pengalaman merupakan guru yang terbaik untuk anda. Daripada pengalaman itulah yang akan membuatkan anda menjadi lebih matang dan bersedia untuk menjadi seorang Pakar Cinta. Pastikan anda mempelajari sesuatu daripada ‘guru’ pengalaman anda. Kalau tak, rugi!
 

Kamis, 13 September 2012

wAyANg RAMA



Rama
Rama purusothama.jpg

Awatara Wisnu sebagai putra Dasarata, pembunuh Rahwana

Dewanagari: राम
Ejaan Sanskerta: Rāma
Nama lain: Ramacandra; Ragawa; Rama Wijaya; Ramabhadra; Bhatara Rama
Golongan: Awatara Wisnu
Kediaman: Ayodhya, Kerajaan Kosala
Senjata: Busur Kokanda
Pasangan: Sita

Dalam agama Hindu, Rama (Sanskerta: राम; Rāma) atau Ramacandra (Sanskerta: रामचन्द्र; Rāmacandra) adalah seorang raja legendaris yang terkenal dari India yang konon hidup pada zaman Tretayuga, keturunan Dinasti Surya atau Suryawangsa. Ia berasal dari Kerajaan Kosala yang beribukota Ayodhya. Menurut pandangan Hindu, ia merupakan awatara Dewa Wisnu yang ketujuh yang turun ke bumi pada zaman Tretayuga. Sosok dan kisah kepahlawanannya yang terkenal dituturkan dalam sebuah sastra Hindu Kuno yang disebut Ramayana, tersebar dari Asia Selatan sampai Asia Tenggara. Terlahir sebagai putera sulung dari pasangan Raja Dasarata dengan Kosalya, ia dipandang sebagai Maryada Purushottama, yang artinya "Manusia Sempurna". Setelah dewasa, Rama memenangkan sayembara dan beristerikan Dewi Sita, inkarnasi dari Dewi Laksmi. Rama memiliki anak kembar, yaitu Kusa dan Lawa.


Asal-usul nama "Rama"

Rāmá dalam kitab Regweda dan Atharwaweda adalah kata sifat yang berarti "gelap, hitam", atau kata benda yang berarti "kegelapan", bentuk feminim dari kata sifat tersebut adalah rāmī. Dua Rama muncul dalam pustaka Weda, dengan nama keluarga Mārgaweya dan Aupataswini; Rama yang lain muncul dengan nama keluarga Jāmadagnya yang dianggap sebagai penulis himne Regweda. Menurut Monier-Williams, tiga Rama dihormati pasca masa Weda, yaitu:

  1. Rāma-candra ("Rama-rembulan"), putra Dasarata, keturunan Raghu dari Dinasti Surya.

  2. Parashu-rāma ("Rama besenjata kapak"), awatara Wisnu yang keenam, kadangkala dianggap sebagai Jāmadagnya, atau sebagai Bhārgawa Rāma (keturunan Bregu), seorang "Chiranjiwin" atau makhluk abadi.

  3. Bala-rāma ("Rama yang kuat"), juga disebut Halāyudha (bersenjata bajak saat bertempur), kakak sekaligus teman dekat Kresna, awatara Wisnu yang kedelapan.

Dalam Wisnu sahasranama, Rama adalah nama lain Wisnu yang ke-394. Dalam interpretasi dari komentar Adi Sankara, yang diterjemahkan oleh Swami Tapasyananda dari Misi Ramakrishna, Rama memiliki dua pengertian: 1) Brahman yang maha kuasa yang menganugerahkan para yogi; 2) Ia (Wisnu) yang meninggalkan kahyangan untuk menitis kepada Rama, putera Dasarata.

Sumber literatur

Sumber utama mengenai kehidupan dan perjalanan Rama adalah wiracarita Ramayana yang disusun Resi Walmiki. Namun, sastra lain dalam bahasa Sanskerta juga merefleksikan riwayat dalam Ramayana. Sebagai contoh, Wisnupurana juga menceritakan Rama sebagai awatara Wisnu yang ketujuh dan dalam Bayupurana, seorang Rama disebut di antara tujuh Resi dari Manwantara ke-8. Dan juga kisah Rama disebut dalam wiracarita lainnya, yaitu Mahabharata. Versi lain yang penting dan lebih pendek adalah Ādhyātma Ramayana. Ramayana memiliki berbagai versi di sepanjang wilayah India. Sebagai contoh, versi sederhana Ramayana yang menceritakan kehidupan dan filsafat ketuhanan Rama dituangkan dalam sajak kepahlawanan berjudul Kambaramayanam pada abad ke-12 oleh penyair Kamban dalam bahasa Tamil, dan Ramacharitamanasa, Ramayana versi bahasa Hindi pada abad ke-16 oleh penyair Tulsidas. Berbagai versi yang berbeda juga ada dan muncul dalam bahasa-bahasa terkemuka di India. Ramayana versi kontemporer meliputi Shri Ramayana Darshanam oleh Dr. K. V. Puttappa dalam bahasa Kannada, dan Ramayana Kalpavrikshamu oleh Viswanatha Satyanarayana dalam bahasa Telugu, yang mana keduanya memperoleh penghargaan dalam Jnanpith Award. Wiracarita Ramayana tersebar di berbagai wilayah India, dan menonjolkan keunikan budaya masing-masing daerah.

Kisah Rama juga menyebar ke wilayah Asia Tenggara, dan diadaptasikan dengan kebudayaan, cerita rakyat, dan kepercayaan masyarakat setempat. Kakawin Rāmāyana dari Jawa (Indonesia), Ramakawaca dari Bali, Hikayat Seri Rama dari Malaysia, Maradia Lawana dari Filipina, Ramakien dari Thailand (yang menyebut Rama sebagai Phra Ram) merupakan karya-karya besar yang unik dan mengandung berbagai versi berbeda mengenai kehidupan Rama. Legenda mengenai Rama dapat disaksikan dalam ukiran di kuil Wat Phra Kaew di Bangkok. Wiracarita nasional Myanmar, Yama Zatdaw sebenarnya merupakan Ramayana versi Myanmar, dimana Rama dipanggil Yama. Dalam Reamker dari Kamboja, Rama dikenal sebagai Preah Ream.

WayanG BisMa (Mahabarata)

Bisma (Sanskerta: भीष्म, Bhīshma) terlahir sebagai Dewabrata (Sanskerta: देवव्रत, Dévavrata), adalah salah satu tokoh utama dalam wiracarita Mahabharata. Ia merupakan putera dari pasangan Prabu Santanu dan Dewi Gangga. Ia juga merupakan kakek dari Pandawa maupun Korawa. Semasa muda ia bernama Dewabrata, namun berganti menjadi Bisma semenjak ia bersumpah bahwa tidak akan menikah seumur hidup. Bisma ahli dalam segala modus peperangan dan sangat disegani oleh Pandawa dan Korawa. Ia gugur dalam sebuah pertempuran besar di Kurukshetra oleh panah dahsyat yang dilepaskan oleh Srikandi dengan bantuan Arjuna. namun ia tidak meninggal pada saat itu juga. Ia sempat hidup selama beberapa hari dan menyaksikan kehancuran para Korawa. Ia menghembuskan napas terkahirnya saat garis balik matahari berada di utara (Uttarayana).

^bAGong^

Ciri fisik

Sebagai seorang panakawan yang sifatnya menghibur penonton wayang, tokoh Bagong pun dilukiskan dengan ciri-ciri fisik yang mengundang kelucuan. Tubuhnya bulat, matanya lebar, bibirnya tebal dan terkesan memble. Dalam figur wayang kulit, Bagong membawa senjata kudi.
Gaya bicara Bagong terkesan semaunya sendiri. Dibandingkan dengan ketiga panakawan lainnya, yaitu Semar, Gareng, dan Petruk, maka Bagong adalah sosok yang paling lugu dan kurang mengerti tata krama. Meskipun demikian majikannya tetap bisa memaklumi.

Asal-usul

Beberapa versi menyebutkan bahwa, sesungguhnya Bagong bukan anak kandung Semar. Dikisahkan Semar merupakan penjelmaan seorang dewa bernama Batara Ismaya yang diturunkan ke dunia bersama kakaknya, yaitu Togog atau Batara Antaga untuk mengasuh keturunan adik mereka, yaitu Batara Guru.
Togog dan Semar sama-sama mengajukan permohonan kepada ayah mereka, yaitu Sanghyang Tunggal, supaya masing-masing diberi teman. Sanghyang Tunggal ganti mengajukan pertanyaan berbunyi, siapa kawan sejati manusia. Togog menjawab "hasrat", sedangkan Semar menjawab "bayangan". Dari jawaban tersebut, Sanghyang Tunggal pun mencipta hasrat Togog menjadi manusia kerdil bernama Bilung, sedangkan bayangan Semar dicipta menjadi manusia bertubuh bulat, bernama Bagong.
Versi lain menyebutkan, Semar adalah cucu Batara Ismaya. Semar mengabdi kepada seorang pertapa bernama Resi Manumanasa yang kelak menjadi leluhur para Pandawa. Ketika Manumanasa hendak mencapai moksha, Semar

Kamis, 06 September 2012

DEWI SARTIKA ^--^

Dewi Sartika  lahir di Bandung pada 4 Desember 1884 dan wafat di Cineam, Tasikmalaya pada 11 September 1947.  Dewi Sartika wafat saat sedang mengungsi di Desa Rahayu, Kecamatan Cineam, Tasikmalaya. Ketika itu Wilayah Republik Indonesia diserang oleh tentara NICA - Belanda pada peristiwa agresi militer I Belanda tahun 1947.
Kedua orangtua Dewi Sartika, Raden Rangga Somanagara dan Raden Ayu Raja Permas, dibuang Pemerintah Hindia Belanda ke Ternate karena tuduhan memberontak pada Pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1893.  Sebelum dibuang ke Ternate,  Raden Rangga Somanagara adalah seorang Patih di Bandung.  Patih itu jabatan di pemerintahan lokal satu level di bawah Bupati, kira-kira setara jabatan Sekretaris Daerah atau Wakil Bupati zaman sekarang. Dengan dibuangnya sang ayah sebagai pemberontak, Dewi Sartika tidak melanjutkan lagi sekolahnya setelah kelas tiga di Lagere School.
Kiprah di dunia pendidikan beliau mulai sejak 1902 dengan mengajarkan membaca, menulis, memasak dan menjahit bagi kaum perempuan di sekitarnya.  Pada 16 Juli 1904 Raden Dewi Sartika mendirikan Sakola Istri atau Sekolah Perempuan, Tahun 1914 Sakola Istri diubah namanya menjadi Sakola Kautamaan Istri atau Sekolah Keutamaan Perempuan.  Pada tahun 1929 Sakola Kautamaan Isteri diubah namanya menjadi Sakola Raden Dewi.  Selain tersebar di kota kabupaten Pasundan, Sakola Kautamaan Istri sempat pula menyebar ke luar pulau Jawa.
Pemerintah Hindia Belanda pada 16 Januari 1939 memberi bintang jasa kepada Dewi Sartika atas jasanya memajukan pendidikan kaum perempuan.  Penghargaan pemerintah kolonial menunjukan bahwa perjuangan Dewi Sartika dilakukan secara koperatif, bukan perjuangan yang diramaikan dengan dar der dor suara senapan.   Selanjutnya Pemerintah Republik Indonesia pada tahun 1966 mengakui Raden Dewi Sartika sebagai pahlawan nasional.
Untuk perempuan yang hidup pada abad ke 19 sungguh luar biasa aktivitas Raden Dewi Sartika ini, yaitu mengajar dan mendirikan sekolah.  Pada saat Insinyur Soekarno baru belajar berjalan dan belum lancar bicara, Dewi Sartika sudah berinisiatif mengajar membaca, menulis dan keterampilan yang harus dimiliki seorang wanita.  Pada saat Bung Hatta baru berusia dua tahun, Dewi Sartika sudah mendirikan sekolah untuk kaum perempuan.  Visi beliau benar-benar melampaui zamannya.
Patutlah kita kenang Dewi Sartika sebagai pahlawan pendidikan bangsa, setara dengan orang Indonesia yang dar ..der…dor .. mengangkat senjata, atau berdiplomasi, bersilat lidah mempertahankan kemerdekaan melalui jalur perundingan.   Bentuk penghargaan lainnya adalah penamaan jalan Dewi Sartika, diantaranya di Bandung, Bogor, Bandar Lampung, Semarang, Surabaya, Denpasar, Pontianak, Samarinda, Palu  dan Jakarta.